• Sat. Oct 5th, 2024

SMA Negeri 2 Praya

Official Website

Mencintai dalam Memiliki

ByDian Iskandar Jaelani

Oct 21, 2021

Sungguh, betapa banyak yang telah Tuhan berikan kepada makhluk-Nya; tanpa pernah mengenal kata henti dan jemu; tanpa melihat jenis kelamin, etnis, tradisi, budaya, agama, dan segala tetek bengek tatanan profanitas (keduniaan); tanpa juga melihat apakah makhluk-makhluk-Nya akan semakin bertambah, tetap, ataupun menyusut kebaktiannya pada Diri-Nya. Ia selalu berlebihan di dalam menakar ketika akan menganugerahi sesuatu, Ia selalu mengurangi dengan segala permaafan ketika akan memberikan sebuah peringatan ataupun sanksi, dan Ia pun akan selalu tersenyum ketika akan menciptakan dan membangunkan prototipe kreasi baru.

Tuhan bagi para ciptaan-Nya terkadang begitu menyenangkan tapi juga begitu menakutkan melebihi hantu. Disenangi karena sifat-sifat Asma Al-Husna-Nya yang tak mengenal jeda dan sekat kemakhlukan. Di sisi lain begitu amat sangat ditakuti, karena sang makhluk belum mengenal-Nya lebih tulus dan intens. Ibarat peribahasa klasik yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang—tak sayang maka tak cinta—tak cinta maka membenci dengan segala kebutaan, buta hati dan buta pikiran”.

Berbeda dengan Tuhan kepada para makhluk-Nya. Ia begitu amat sangat mencintai mereka semuanya dan kemudian mendekap, membimbing, mengarahkan, menunjukkan, merestui mereka semuanya dalam segala hal untuk selamanya. Sebagaimana yang telah terjalin antara Dirinya dengan kekasih utama-Nya (Muhammad). Sebuah jalinan kisah kasih abadi yang telah menggetarkan ‘Arsy dan memukaukan Jibril. Sebuah kisah cinta yang tak akan habis ditulis meskipun menggunakan ranting-ranting pohon sebagai penanya, air samudera sebagai tintanya, serta hamparan berlapis-lapis langit dan bumi sebagai lembaran kertasnya.

Begitulah kasih-sayang Tuhan yang semestinya menjadi inspirasi yang tak pernah kering bagi makhluk yang dipanggil dengan sapaan “Ulul Albab” oleh Tuhan di dalam salah satu ayat pada surat Ali Imran. Inspirasi yang akan membuat segalanya dalam sebuah bangunan harmoni tanpa ada paradoks yang berlebihan. Perbedaan adalah sunnatullah, tapi bukan itu yang menjadi tujuan utama. Perbedaan lahir untuk melengkapi kekurangan dari masing-masing sisi untuk menyempurnakan sebuah spektrum (tatanan).

Insya Allah sebuah jejaring atas nama dan dasar kasih sayang akan menjadikan segalanya dalam warna pencerahan dan pemberdayaan Tuhan. Kaya makna dan kebermanfaatan bagi sesama makhluk, yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah sivitas yang diberkati dan direstui Tuhan.

Wallahu A’lamu Bisshawab

Leave a Reply

Your email address will not be published.